Blended Learning dan Rasa Bersalah

Agaknya pertengahan Bulan Februari 2014 ini, saya harus mulai menggunakan kelas virtual untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar saya.

Sebenarnya semester ini saya berkeinginan untuk sementara tidak menggunakan media ini dan hanya ingin melakukan pembelajaran tatap muka saja di kelas X TKJ. Karena sebagai wali kelas, saya ingin sekali “mengelola” anak-anak ini dengan memanfaatkan jam tatap muka sebaik-baiknya, sehingga saya bisa selalu mengikuti perkembangan belajar mereka.

Namun, lagi-lagi tugas dinas di luar sekolah memaksa saya untuk kembali membuka kelas maya!
Dan..memberikan jobsheet berupa praktik kegiatan di laboratorium komputer secara online, merupakan satu-satunya pilihan untuk memastikan bahwa anak-anak tetap belajar di kelas saat saya tidak bisa menemani mereka, seperti saat ini.

Adalah tugas untuk mengikuti kegiatan “Workshop Penyusunan Program Kerja UPT-Tekkomdik Dinas Prov. JATIM” di Hotel Yusro Jombang selama 3 hari, sejak tanggal 12-14 Februari 2014, yang membuat saya harus meninggalkan mereka.

Lokasi kegiatan yang berada di Kota Jombang, membuat saya lebih leluasa, karena saya tidak harus stay di hotel, sehingga saya masih bisa wira-wiri ke sekolah untuk menyampaikan tugas kepada mereka.

Sebenarnya bisa saja saya memberikan tugas jobsheet yang sudah saya susun dalam bentuk print out dan diperbanyak untuk dikerjakan siswa secara offline. Namun, mengingat kondisi yang mendesak dan tidak memungkinkan saya untuk memperbanyak jobsheet, maka menggunakan kelas virtual, menjadi alternatif yang cepat dan murah, supaya saya tetap bisa berkomunikasi dan memantau kegiatan belajar mereka di kelas, sambil menjalankan tugas dinas yang lain.

Maka sebelum berangkat menuju tempat tugas, saya menyempatkan diri ke sekolah untuk mem-briefing anak-anak, memandu cara menggunakan kelas virtual, termasuk bagaimana cara login menggunakan account (yang sudah saya persiapkan untuk mereka), melakukan absensi, mengunduh dan mengerjakan jobsheet, serta mengunggah kembali laporan hasil pekerjaan mereka ke kelas virtual.

Tidak butuh waktu yang lama untuk membuat mereka ngeh terhadap apa yang harus mereka lakukan hari ini, meski bagi mereka ini adalah hal baru. Dan jika sudah begini, saya pun lebih tenang meninggalkan sekolah dan hanya perlu memantau mereka via gadget (saja) 😀

Tak lupa saya sampaikan juga kepada mereka bahwa interaktivitas mereka di kelas virtual ini merupakan point penting (bc. akan mendapat reward). Hal ini sekaligus untuk memotivasi dan menjaga komunikasi antara saya dan mereka.

Konsentrasi pada penyusunan program kegiatan “TOT Percepatan Pemanfaatan TIK bagi guru di prov. JATIM” bersama staf tekkomdik (kelompok kerja Jardiknas/Internet), ternyata membuat komunikasi saya dan siswa menjadi tak lancar bahkan terputus!

Terlebih masalah teknis seperti sinyal dan koneksi internet tidak stabil, timbul tenggelam..putus nyambung, menjadi kendala yang menghambat komunikasi kami, sehingga dalam pelaksanaannya, masih adaaa… saja beberapa pertanyaan siswa seputar jobsheet yang tidak bisa saya jawab seketika itu.
Dan jika sudah begini.. mau tidak mau, mengirim sms menjadi alternatif ke-3 supaya kami tetap bisa berkomunikasi…he..he..

Terkadang kita memang tidak bisa berharap sesuatu akan berjalan ideal seperti yang telah kita rencanakan, terutama pada hal yang menyangkut teknologi berbasis internet! Selalu ada kendala di luar dugaan yang membuat rencana tidak berjalan mulus sesuai dengan harapan. Sehingga musti ada alternatif pilihan, sebagai persiapan atas kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Begitu juga dengan pengumpulan hasil pekerjaan siswa. Waktu yang telah kita sediakan seringkali tidak cukup untuk mengerjakan tugas kerena kendala teknis di atas. Pun dalam hal hasil pekerjaan, kita tidak bisa memastikan apakah mereka benar-benar jujur dalam mengerjakan tugas mereka. Karena sebagaimana kita tahu bahwa aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara online mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya kecurangan dan hal lain yang tidak kita inginkan, seperti saling contek, copy paste, dan seterusnya.

Namun dengan memberikan aturan tertentu terhadap proses pengerjaan tugas, seperti menjawab dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, memeriksa waktu pengumpulan tugas dan seterusnya, sedikit banyak dapat meminimalir kecurangan yang mungkin dilakukan oleh siswa, selain memberikan pemahaman akan nilai afektif seperti kejujuran, kreatifitas, dan rasa tanggung jawab pada pekerjaan mereka.

Yah.. meski sudah seringkali menerapkan blended learning pada pembelajaran di kelas, namun masih saja terasa tidak mudah untuk membagi perhatian antara melaksanakan tugas mengajar dan tugas dinas luar.
Namun dengan terus mencoba menerapkan metode ini, setidaknya bisa mengurangi perasaan berdosa saya karena tidak bisa melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak siswa secara sempurna.

Waallahu a’lam bis shawaab..

You may also like...