Implementasi Kurikulum Merdeka: Membangun Karir Unggul melalui Integrasi Antar Mata Pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan
Oleh Amiroh, S.Kom., M.Kom.
Kepala SMK Negeri Kudu Jombang
Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui integrasi antar mata pelajaran menjadi langkah tranformatif yang dapat meningkatkan relevansi pendidikan vokasional dengan kebutuhan dunia kerja. Integrasi ini memungkinkan pembelajaran yang holistik, terpadu, dan kontekstual untuk mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang adaptif, kreatif dan mampu berkontribusi secara signifikan dalam masyarakat dan dunia kerja yang terus berubah.
Kurikulum Merdeka memberikan SMK lebih banyak kewenangan untuk mengadaptasi kurikulum mereka sesuai dengan kebutuhan lokal, industri, dan peserta didik. Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan, dari pada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Kurikulum merdeka diharapkan dapat memenuhi tujuan tersebut dengan memberikan keleluasaan bagi SMK untuk mengembangkan kurikulum yang berorientasi pada keterampilan dan kompetensi kerja.
PP Nomor 32 Tahun 2013 menyebutkan bahwa SMK wajib melaksanakan kurikulum yang dikembangkan oleh Kemendikbudristek. Namun, dalam hal tertentu, SMK dapat mengembangkan kurikulum sendiri dengan mengacu pada kurikulum yang dikembangkan oleh Kemendikbudristek. Berdasarkan landasan hukum tersebut, SMK dapat mengembangkan kurikulum merdeka yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah. SMK dapat lebih fleksibel dalam merancang program pembelajaran yang relevan, berfokus pada penguasaan keahlian yang dibutuhkan di dunia nyata. Hal ini tidak hanya memberikan peserta didik peluang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih sesuai dengan minat dan bakat mereka, tetapi juga memastikan bahwa mereka lebih siap untuk bersaing di pasar kerja.
Salah satu bentuk pengembangan penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih holistik dan relevan dengan dunia kerja. Hal ini dapat terapkan melalui tema-tema pembelajaran, proyek pembelajaran (project based learning) atau pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Tema pembelajaran dapat berupa isu-isu aktual yang terjadi di masyarakat, atau permasalahan yang dihadapi oleh dunia kerja. Dengan menggunakan tema-tema pembelajaran, peserta didik dapat belajar berbagai mata pelajaran secara bersamaan, namun tetap dalam konteks yang koheren.
Misalnya, tema pembelajaran tentang “pelestarian lingkungan” dapat mengintegrasikan mata pelajaran matematika, sains, dan bahasa Indonesia. Pada tema ini, peserta didik dapat belajar tentang konsep-konsep matematika yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti perhitungan luas dan volume lahan yang perlu dilindungi, atau perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Peserta didik juga dapat belajar tentang fakta-fakta sains yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti dampak pencemaran lingkungan terhadap kesehatan manusia, atau cara-cara untuk mengurangi polusi udara. Selain itu, peserta didik juga dapat belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam bahasa Indonesia, seperti menulis artikel tentang pentingnya pelestarian lingkungan, atau membuat poster tentang bahaya polusi air.
Selain melalui tema-tema pembelajaran, integrasi antar mata pelajaran juga dapat dilakukan melalui proyek pembelajaran. Proyek pembelajaran adalah tugas kompleks yang melibatkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai mata pelajaran. Proyek pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara kontekstual dan memecahkan masalah secara nyata. Misalnya, proyek pembelajaran tentang “perancangan produk inovatif” dapat mengintegrasikan mata pelajaran matematika, sains, dan bahasa Indonesia. Dalam proyek ini, peserta didik dapat belajar tentang konsep-konsep matematika yang berkaitan dengan perancangan produk, seperti perhitungan dimensi produk, atau perhitungan biaya produksi. Peserta didik juga dapat belajar tentang fakta-fakta sains yang berkaitan dengan perancangan produk, seperti karakteristik bahan-bahan yang digunakan dalam produk, atau cara-cara untuk meningkatkan kualitas produk. Selain itu, peserta didik juga dapat belajar tentang pentingnya komunikasi dalam bahasa Indonesia, seperti menulis proposal proyek, atau membuat presentasi tentang produk yang telah dirancang.
Pada program kejuruan seperti teknik otomotif, integrasi mata pelajaran seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Matematika, dan Bahasa Indonesia dapat dilakukan dalam proyek perancangan sistem kendali otomotif. Di sini, peserta didik tidak hanya belajar tentang teknologi kendaraan, tetapi juga mempelajari bagaimana menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras untuk mengontrol sistem otomotif. Mata pelajaran Matematika digunakan untuk menghitung parameter dan performa sistem, sementara Bahasa Indonesia digunakan untuk menyusun laporan proyek.
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang dimulai dari permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam pembelajaran berbasis masalah, peserta didik diajak untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai mata pelajaran. Misalnya, pembelajaran berbasis masalah tentang “pencemaran lingkungan” dapat mengintegrasikan mata pelajaran matematika, sains, dan bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran ini, peserta didik dapat belajar tentang konsep-konsep matematika yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, seperti perhitungan konsentrasi polutan dalam air, atau perhitungan biaya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan. Peserta didik juga dapat belajar tentang fakta-fakta sains yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, seperti dampak pencemaran lingkungan terhadap kesehatan manusia, atau cara-cara untuk mengurangi polusi udara. Selain itu, peserta didik juga dapat belajar tentang pentingnya komunikasi dalam bahasa Indonesia, seperti menulis laporan hasil penelitian tentang pencemaran lingkungan, atau membuat poster tentang bahaya polusi air.
Contoh lainnya seperti proyek konstruksi bangunan di mana peserta didik dari berbagai jurusan seperti teknik bangunan, teknologi informasi, dan bahkan bisnis dapat bekerja sama. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) digunakan untuk merancang model bangunan dengan perangkat lunak terkini, Matematika digunakan untuk menghitung estimasi biaya dan kekuatan struktur, sementara mata pelajaran Bisnis membantu dalam menyusun proposal proyek dan manajemen keuangan.
Dengan mengintegrasikan antar mata pelajaran, peserta didik dapat belajar tentang konsep-konsep yang dipelajari secara lebih komprehensif dan holistik. Salah satu manfaat utama dari integrasi mata pelajaran adalah kemampuan peserta didik untuk melihat keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu. Mereka tidak hanya belajar dalam “ruang vakum” yang terpisah, tetapi mereka dapat memahami bagaimana pengetahuan dari berbagai mata pelajaran dapat digunakan bersama untuk memecahkan masalah dunia nyata. Misalnya, seorang peserta didik SMK yang belajar teknik bisa mengaplikasikan matematika, fisika, dan bahasa Inggris dalam proyek pembuatan robot, yang tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tetapi juga keterampilan berpikir kritis.
Proyek-proyek ini juga dapat memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi minat dan keahlian mereka sendiri. Mereka dapat menggunakan proyek ini sebagai platform untuk menggali bakat mereka, berinovasi, dan mengasah keterampilan yang mereka rasa paling relevan dengan aspirasi karir mereka di masa depan.
Selain itu, integrasi mata pelajaran juga membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan lintas disiplin yang sangat dihargai dalam dunia kerja saat ini. Mereka belajar bekerja dalam tim, berkomunikasi efektif, dan berpikir kreatif saat mereka menyelesaikan tugas yang melibatkan berbagai aspek ilmu pengetahuan. Ini juga memungkinkan peserta didik untuk menghubungkan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran, yang pada gilirannya memperkaya pemahaman mereka dan mengasah keterampilan lintas disiplin. Integrasi ini juga memungkinkan peserta didik untuk melihat hubungan antara teori yang dipelajari di berbagai bidang dengan aplikasinya dalam konteks nyata, sehingga membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan lintas disiplin yang sangat dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini tidak hanya memberi mereka keunggulan kompetitif, tetapi juga membantu menciptakan generasi yang lebih siap untuk menghadapi tantangan masa depan.
Namun, untuk mewujudkan transformasi ini bukanlah hal yang mudah, diperlukan komitmen bersama dari pihak sekolah, pendidik, dan pemerintah. Penyediaan sumber daya, pelatihan guru, dan dukungan kurikulum yang diperlukan harus menjadi prioritas. Hal ini memerlukan kolaborasi yang erat antara guru dari berbagai mata pelajaran, perubahan dalam cara mereka mengajar, dan pengembangan materi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ini. Selain itu, perlunya dukungan dari pihak sekolah, kepala sekolah, dan pemerintah dalam hal penyediaan sumber daya dan pelatihan. Transformasi pendidikan SMK yang menggabungkan Kurikulum Merdeka dan integrasi antar pelajaran adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar bagi kemajuan pendidikan dan perkembangan ekonomi di masa depan yang akan membentuk lulusan SMK yang kreatif, adaptif, dan mampu berkontribusi secara signifikan dalam masyarakat dan dunia kerja yang terus berubah. (Amiroh)