Belajar di Singapura: School Management and Curriculum Leadership

Sure. Please go straight, then turn left. The prayer room is at the end of the hallway.” Jawab Rachel saat saya menanyakan rute menuju tempat sholat di gedung NIE (Nanyang Institute of Education) ini.

Tempat sholat memang agak jauh dari ruang seminar, sehingga kami musti benar-benar mengatur waktu 30 menit ini untuk makan dan sholat.

Meski kecil, saya merasakan bahwa Singapura cukup menghargai kebutuhan kami sebagai muslim. Ruang sholat tersedia, bersih, dan jauh dari keramaian. Bahkan saya melihat beberapa mahasiswa berhijab melintas di lorong kampus. Mungkin mereka dari Malaysia, atau dari komunitas muslim lain yang belajar di NIE.

Mr. Jimmy Tan

Mr. Jimmy sudah memulai materinya saat saya kembali ke ruang seminar dengan langkah sedikit tergesa. Di atas meja, saya melihat printout slide bertuliskan

“School Management and Curriculum Leadership”

Saya baca slide demi slide. “Menarik ini!” ucapku. Samar ku dengar suara Mr. Jimmy menjelaskan materi. Tak terlihat sedikit pun penurunan daya pada Mr. Jimmy, meskipun hari makin sore. Hujan deras masih mengguyur di luar.

Beliau menjelaskan bahwa kita saat ini hidup dalam lingkungan global yang sangat kompetitif. Semua negara berlomba-lomba meningkatkan kualitas pendidikannya karena pendidikan adalah “mata uang” masa depan. Dunia semakin terhubung, teknologi berkembang begitu cepat, dan pasar tenaga kerja berubah drastis.

Mr. Jimmy memaparkan bahwa globalisasi membuat batas negara semakin tipis. Murid-murid kita bukan hanya bersaing dengan teman sekelas, tetapi dengan anak-anak dari berbagai belahan dunia.

Beliau menyontohkan perkembangan teknologi AI, digital learning, data analitik yang mengubah cara kita bekerja dan belajar. Sehingga guru tidak bisa lagi mengajar dengan cara lama.

If we remain still, we will be left behind,” ujarnya tegas. Kalimat itu sederhana, tetapi rasanya menampar lembut, mengingatkan kami bahwa pendidikan tidak bisa lagi berjalan dengan ritme lama.

Bagian berikutnya benar-benar mengena. Mr. Jimmy menjelaskan bahwa pendidikan hari ini tidak cukup hanya mengajarkan konten pelajaran. Anak-anak harus dibekali kemampuan berpikir kritis, kreativitas, problem solving, kolaborasi, literasi digital, serta kemampuan beradaptasi. Ini saya setuju banget!!

“Kurikulum bukan lagi sekadar daftar materi,” katanya, “tetapi peta masa depan.

Selanjutnya kami membahas peran guru di tengah perubahan global. Menurut Mr. Jimmy, guru sekarang bukan hanya penyampai materi, tetapi pemimpin yang harus terus belajar, memahami konteks global, menguasai teknologi, dan mampu memandu siswa menghadapi realitas dunia yang tidak stabil.

Guru adalah agen transformasi,” ujarnya. Teknologi membawa dampak besar, tetapi juga menimbulkan ketidakadilan. Tidak semua siswa punya akses yang sama. Hal ini menjadi pekerjaan besar bagi sekolah dan sistem pendidikan.

Selain itu, meski dunia semakin global, sekolah tetap harus menjaga identitas budaya lokal.

Anak-anak harus siap jadi warga dunia,” kata Mr. Jimmy, “tapi mereka juga harus tahu siapa mereka dan dari mana mereka berasal.” Kalimat yang sederhana tetapi penting. Saya jadi teringat siswa-siswa saya di SMKN 2 Jombang, betapa pentingnya mereka untuk tetap memegang karakter dan nilai-nilai lokal.

Di bagian akhir, Mr. Jimmy mengajak kami melakukan refleksi 3 langkah. What? Apa yang sedang terjadi dalam pendidikan kita? So What? Apa maknanya bagi kita sebagai pemimpin sekolah? dan Now What? Langkah apa yang harus kita ambil mulai besok?

Hujan masih mengguyur saat sesi hampir berakhir. Ruangan sedikit redup, membuat suasana makin syahdu. Beberapa peserta tak kuat menahan kantuk. Sangat manusiawi.

Slide terakhir menampilkan pesan kepada kami bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya tentang nilai, ranking, atau pencapaian akademik anak dalam 15 tahun pertama mereka bersekolah. Yang lebih penting adalah siapa mereka 50 tahun setelah meninggalkan kita, apakah mereka tumbuh menjadi manusia yang percaya diri, jujur, penuh nilai, dan mampu berdiri tegak tanpa harus dibandingkan dengan siapa pun.

“Mantapp..,” Saya mengangguk, merasakan kalimat itu menempel kuat di kepala. Sesi hari ini berakhir.

You may also like...