Montessori di sekolah anakku..

Sengaja pagi hari tadi saya lewatkan dengan mengantar anak bungsu saya ke sekolah. Hari ini, abortion ada kegiatan parenting di sekolah anak saya. Mumpung hari ini saya dapat free day, see karena siswa saya kelas XII sudah mulai libur setelah melaksanakan UN. Sudah lama saya tidak melakukan kegiatan ini, termasuk mengikuti kegiatan parenting yang selalu diagendakan Hari Sabtu, karena selalu kres dengan jadwal mengajar saya.

Saat ini Anak saya, Galang, sedang duduk di taman kanak-kanak (TK B) di salah satu sekolah taman kanak-kanak (yang menurut saya) terbaik di kota saya. Saya menyekolahkan anak saya di sekolah ini, karena jumlah jam belajarnya yang relatif lebih banyak dibandingkan sekolah umum lainnya, sekalian nitip…begitu 🙂 Dengan pertimbangan ini pula, saya berharap anak saya dapat menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar sambil bermain dalam suasana lingkungan yang akademis sekaligus religius. Adanya Program Sinambung, yang mengajarkan anak-anak untuk belajar mengaji, juga menjadi pertimbangan saya, karena saya tidak perlu lagi mencari guru mengaji di tempat lain… 😉

TK plus Al Iman merupakan salah satu sekolah play group dan taman kanak-kanak yang istimewa. Sekolah ini selalu menjadi incaran para orang tua setiap menjelang tahun ajaran baru, terutama orang tua yang belum bisa meluangkan banyak waktu untuk mendampingi anaknya dalam belajar karena sibuk bekerja. Sehingga meskipun sekolah ini terbilang cukup mahal (untuk ukuran guru seperti saya..), tetapi peminatnya selalu melebihi kuota yang disediakan.

Kegiatan mengantar / menunggui anak seperti ini, beberapa tahun yang lalu sering saya lakukan pada anak saya yang pertama, Cecilia, ketika masih TK. Waktu itu belum ada aturan bagi guru untuk mengajar 24 jam pelajaran, sehingga waktu saya bersama anak relatif lebih banyak dan terkadang dihabiskan untuk menunggui di sekolah seperti ini.

Sebenarnya sekolah ini tidak memperkenankan orang tua untuk menunggui anaknya. Kalaupun terpaksa, maka kami hanya boleh melakukannya di ruangan tertentu yang sudah disediakan. Dari ruangan inilah, saya bisa melihat aktivitas belajar anak saya hari ini.

Mengawali pembelajaran di sekolah ini, seperti biasanya anak-anak berbaris untuk melakukan apel pagi. Pada saat ini seluruh siswa baik PG maupun TK berkumpul, bernyayi dan berdoa untuk menumbuhkan kedisiplinan dan semangat untuk belajar. Beberapa anak berada di depan untuk memimpin doa harian, dan memandu teman-teman lainnya untuk melafalkan doa.

30 menit kemudian, apel pagi selesai dan seluruh siswa membentuk barisan mengular dan memasuki ruangan kelasnya.

Sebelum pembelajaran dimulai, anak2 duduk rapi untuk melafalkan doa-doa sebelum belajar, ayat – ayat pendek dan?Asmaul Husna.

Kegiatan pembelajaran di sekolah ini menerapkan Metode Montessori, yaitu metode pembelajaran yang menerapkan metode student centered learning, yang mengajarkan anak untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping/teman bagi anak. Metode Montessori ini sendiri diperkenalkan oleh?Dr. Maria Montessori, seorang dokter, guru serta pendidik berkebangsaan Itali, sekitar tahun 1907.

Dalam metode ini, kegiatan pembelajaran banyak dilakukan menggunakan?alat permainan, untuk memudahkan anak mengingat konsep, memecahkan masalah dan berpikir logis secara mandiri.

Sehingga tidak heran jika dalam ruangan kelas ini, banyak alat permainan seperti bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecah.

Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma dan bola, tongkat-tongkat desimeter, meter dan gambar-gambar, serta bahan-bahan, seperti plasticine untuk mengembangkan motorik halus anak.

Semua alat permainan ini dirancang sedemikian rupa, sehingga anak dapat bekerja secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Montessori juga melatih anak melakukan sendiri kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, seperti mencuci piring sehabis makan, menggosok gigi, menyisir rambut, merapikan tempat tidur dan tempat sepatu, dan lain-lain.?Suatu sore, saya terkejut ketika melihat anak saya sudah bisa bersuci sendiri setelah buang air besar (BAB), setelah sebelumnya dia bisa makan sendiri, memakai dan mengancingkan baju, memakai sepatu dan seterusnya. Saya jadi antusias untuk mengkomunikasikan secara langsung hal ini kepada gurunya.

Jika biasanya saya berkomunikasi dengan gurunya melalui “buku penghubung”, untuk memantau perkembangan anak saya, maka kali ini saya benar-benar tidak sabar untuk mencurahkan kebahagiaan saya atas ketercapaian ini secara langsung. Setelah berkomunikasi dengan guru kelasnya, saya mendapatkan informasi bahwa setiap pagi, anak-anak dilatih untuk bersuci sendiri setelah buang air kecil/besar. Kegiatan ini dinamakan “toilet training”…hm..

Bagi saya pribadi, pencapaian terbesar yang diraih oleh anak di masa ini adalah ketika anak berhasil dalam mengelola dirinya sendiri (mandiri).

Bermain menggunakan alat-alat rumah tangga

Metode Montessori ini juga membantu anak untuk memperoleh kemandirian melalui lingkungannya. Kegiatan diluar kelas, seperti outbond, kolam air, kolam pasir?berperan dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan anak dalam menyesuaian diri terhadap lingkungan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Kegiatan Outbone

Kegiatan belajar outdoor

Flying fox..

Kegiatan sosial “1 hari 1 kg beras” yang merupakan kegiatan bulanan di sekolah ini, untuk meyalurkan bahan pokok berupa beras ke warga sekitar yang kurang mampu, memberikan peluang kepada mereka untuk secara bebas merespon kondisi lingkungan di sekitar mereka, menuangkan rasa simpati terhadap sesama.

Kegiatan Penyaluran “1 hari 1 kg beras”

Kegiatan seperti ini bagus untuk mengembangkan bakat, melatih kecerdasan emosi untuk memenuhi kebutuhan kebebasan anak dalam berinteraksi dan peduli dengan sesama/lingkungan.

Yah.. sebuah sekolah, terutama?preschool, memang?sejatinya tidak hanya mengenalkan teori/konsep berhitung, membaca dan menulis serta melatih konsentrasi dan berpikir logis saja, melainkan menekankan pada aspek kemandirian, aspek kepribadian anak dalam bersosialisasi, berkomunikasi dan mengembangkan bahasa serta bermain peran untuk membentuk karakter anak.

Sesaat saya terhenyak, ketika melihat anak saya keluar dari ruangan kelas untuk mencuci tangan dan wajahnya. Yah, di depan setiap kelas, memang terdapat sebuah kran air kecil yang digunakan untuk membersihkan tangan/wajah bahkan untuk berwudlu.. Maka segera saya menyembunyikan diri, supaya tidak terlihat olehnya. Karena kalau tidak, dia bisa menjadi manja dan tidak mau berkumpul kembali dengan teman-temannya.. 😀

Rasanya sangat menyenangkan bisa meluangkan waktu untuk keluarga… terutama untuk anak-anak.?Have a nice weekend..??Mari kita manfaatkan akhir pekan ini secara berkualitas?:D

You may also like...