Kenakalan Kami (Hanyalah Manusia Biasa)

Sore itu, segera saya meluncur ke Stasiun Jombang untuk membeli tiket KA KRD tujuan Surabaya. Saya baru ingat kalau saya belum membeli tiket untuk hari minggu ini. Libur sekolah dan kesibukan mengurus rumah tangga sepertinya membuat saya menjadi lupa hari. Saya berharap hari minggu ini tidak banyak penumpang yang pergi ke Surabaya, sehingga masih tersedia minimal 2 tiket untuk saya dan teman saya.

Sudah hampir 3 bulan ini, setiap hari minggu pagi, kami selalu berangkat ke Surabaya menuju kampus iSTTS (Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya) untuk menempuh S2 Magister Komputer. Jadwal kereta api yang berangkat sekitar pukul 04.00, membuat kami selalu berusaha sampai stasiun pukul 03.45, meski biasanya kereta baru datang sekitar pukul 4.20, saat tepat setelah saya beranjak dari musholla stasiun, lepas menunaikan sholat shubuh.

Sesampainya di loket tempat pembelian tiket, saya segera menanyakan kepada petugas, apakah tiket KA KRD ke surabaya untuk hari minggu pagi masih tersedia. Tanpa basa-basi petugas loket itu bilang, “Sudah habis..”.
Hm…Lagi-lagi saya kehabisan tiket! Maklumlah, minggu ini adalah minggu terakhir liburan sekolah, sehingga banyak penumpang yang mungkin ingin menikmati sisa liburan minggu ini ke luar kota, terutama kota surabaya.

Saya sempat bertanya kepada petugas tentang alternatif tiket KA lain yang tersedia dengan waktu berangkat yang hampir sama dengan KA KRD. Petugas menawarkan untuk membeli tiket KA Arjuno yang berangkat sekitar pukul 5 pagi, namun dengan harga jauh lebih mahal, yaitu 20rb.
Karena merasa terlalu mahal, maka saya putuskan untuk tidak membeli tiket itu, meski saya tidak tahu bagaimana saya besok bisa berangkat menuju surabaya dengan naik KA tanpa tiket di tangan.
Tiket KA KRD memang selalu menjadi serbuan para penumpang, karena harganya yang sangat murah, hanya Rp. 2rb saja.

Dengan perasaan kecewa, saya segera memutar honda beat saya, dan pulang. Sepanjang perjalanan ke rumah, saya memikirkan beberapa kemungkinan/cara supaya besok pagi kami masih bisa masuk ke area tunggu stasiun dan bisa naik KA, meski tanpa tiket.

Pergantian sistem tiket kereta api (reservasi dan boarding pass), yang mengharuskan calon penumpang memiliki tiket KA ketika naik kereta, membuat penumpang yang tidak memiliki tiket KA agak kesulitan masuk ke ruang tunggu, apalagi naik KA. Biasanya para petugas yang terdiri dari 2 orang berjaga di pintu masuk ruang tunggu kereta, untuk memeriksa dan memastikan semua calon penumpang yang akan masuk, telah memiliki tiket untuk hari dan jam tersebut. Selanjutnya mereka akan menyetempel tiket dan mempersilahkan calon penumpang untuk masuk ke area tunggu.

Memikirkan hal itu, membuat saya agak cemas! Ini adalah kali ke-3 kami kehabisan tiket. Meski tidak sepanik sebelumnya, namun perasaan cemas tetaplah ada.

Beberapa waktu yang lalu, saya juga naik KA KRD dengan tanpa tiket, karena tiket dibawa oleh teman saya, yang kebetulan waktu itu terlambat datang ke stasiun. Sehingga saya terpaksa harus berangkat sendirian naik KA, dengan tangan kosong..
Nasib baik menyertai saya saat seorang penumpang rela memberikan salah satu tiket pulangnya untuk saya. Sehingga dengan sedikit percaya diri, saat pemeriksaan, saya menyerahkan tiket tersebut, yang saya selipkan di antara tumpukan tiket penumpang lain, kepada petugas KA.

Dan seminggu yang lalu, karena kehabisan tiket pula, kami coba menggunakan tiket kereta api yang telah expired (bukan yang sudah diplong). Tiket expired ini adalah tiket yang kami simpan, ketika beberapa waktu yang lalu kami secara kebetulan membeli double (bersamaan). Saat mau boarding, kami tidak berani menyetempelkan tiket kami, karena takut ketahuan (kalau expired). Maka kamipun berusaha menyelinap diantara kerumunan calon penumpang yang sedang boarding.

Nasib malang menimpa, saat petugas memanggil kami untuk menunjukkan tiket kami. Kami mencoba meyakinkan petugas bahwa kami cuma ingin menumpang sholat shubuh di dalam. Saat itu, raut muka curiga jelas terpancar dari muka para petugas itu.

Namun mungkin karena wajah innocence kami, sehingga mereka pun membiarkan kami memasuki area tunggu. Maka bergegas kami menuju ke musholla untuk sholat shubuh sebelum keburu kereta datang.
Saat pemeriksaan tiket di dalam KA pun kami selamat, karena petugas tidak memperhatikan tanggal yang tercantum di tiket. Yeah..karena waktu itu, lampu gerbong KA padam…gelap gulita!

Sedangkan untuk minggu ini, kami benar-benar tidak mempunyai tiket sama sekali. Meski berharap dapat keberuntungan yang sama dengan minggu2 sebelumnya, namun rasanya kami sudah tidak berani lagi menggunakan alasan untuk numpang sholat, karena pasti akan dicurigai. Maka kamipun terpaksa masuk ke area tunggu melalui pintu keluar.
Syukurlah, melalui pintu ini kami dapat memasuki ruang tunggu stasiun dengan lebih aman. Setidaknya kami tidak perlu berdebat dengan petugas keamanan. Tentu, jam segini (03.45), mana ada petugas yg menjaga pintu keluar?!
Maka sampailah kami berdua di musholla untuk sholat shubuh. Selanjutnya kami hanya berharap dapat membayar tiket di atas kereta api.

Para penumpang pun bergegas naik KA sesaat setelah kereta datang dan berhenti. Seperti biasanya… gerbong A menjadi pilihan favorit kami. Di gerbong ini kami merasa lebih nyaman. Dan dari gerbong ini pula kami berharap petugas pemeriksa tiket mau menerima uang Rp.4000 untuk pembayaran tiket saya dan teman saya. Maka kami pun segera duduk di kursi yang masih kosong…


Yeah, meski tidak membawa tiket, kami (penumpang kereta api KRD) memang bisa duduk di kursi mana saja, yang masih kosong. Bahkan para penumpang yang membawa tiketpun sering kali duduk di kursi yang tidak sesuai dengan no kursi yang tertera di tiket.
Bagi kami, no kursi yang tertera di tiket tidaklah penting, karena pada kenyataannya sering kali kursi tersebut sudah ada yang menempati. Bahkan sering kali yang membawa tiketpun tidak mendapatkan tempat duduk. Namun, hal ini lagi-lagi bukan masalah besar bagi penumpang kereta api ini. Duduk lesehan di bawah atau berdiri menjadi pilihan yang terbaik, ketimbang tidak terangkut oleh gerbong kereta ini.
Yah, budaya pemakluman dan solidaritas memang sangat terasa pada kereta api kasta terendah ini.

Meski suasana ramai, penuh dan sesak… Namun naik KA KRD selalu membawa suasana dan keunikan tersendiri bagi saya. Waktu 2 jam perjalanan, bahkan mungkin lebih.. menjadi tidak terasa. Lalu lalang padagang asongan, membuat suasana menjadi hidup. Ada pedagang ketan sambel, teh hangat, krupuk rambah, dst… bahkan buku bacaan pun di jual di sini. Semua makanan dijual dengan harga yang sangat murah.
Hanya dengan uang Rp. 1.500,- saja, saya bisa menikmati sebungkus ketan sambel (Rp. 1000) plus teh hangat (Rp.500) untuk mengganjal perut, menggantikan sarapan pagi yang tidak sempat saya lakukan di rumah.

Obrolan semakin seru ketika para penumpang yang sebagian besar adalah pedagang, melakukan tawar menawar dagangan yg mereka jual. Untuk sekedar menawar Rp. 500,- saja, bisa menjadi perdebatan yang sangat panjang di antara mereka.


Menyela obrolan mereka, saya pun menanyakan kemungkinan membayar tiket di dalam KA. Saya sendiri sempat mendengar bahwa penumpang yang tidak membawa tiket akan diturunkan pada pemberhentian stasiun selanjutnya. Tentu kami tidak ingin hal ini terjadi.

Kabar baik bagi kami, saat mereka mengatakan bahwa biasanya petugas tidak berkeberatan menerima pembayaran tiket di atas kereta.
Dan ternyata benar, petugas memeriksa tiket kami sambil membawa sebuah dompet besar. Yeah… rupanya petugas ini telah mengerti kebiasaan penumpangnya…
Alhamdulillah..serentak kami ucapkan, sesaat setelah petugas menerima uang tiket dari kami. Perasaan saya dan teman saya pun tenang melalui sisa perjalanan ke surabaya pagi ini.

Riuh rendah suara penumpang dan pedagang asongan perlahan lenyap dari pendengaran, saat semua konsentrasi saya mulai tertuju pada smartphone yg ada di genggaman. Menyantap berita pagi via aplikasi detik.com sembari sesekali meneruskan beberapa draft postingan blog, membuat perjalanan pagi ini menjadi terasa sangat singkat! Dan sampailah saya di stasiun Gubeng Surabaya.
Tak sabar rasanya untuk segera sampai di kampus, bertemu dg teman-teman sekelas, menikmati kopi dan sarapan bersama, sebelum menyambut Pak Yosi Kristian dengan “Web Related Technology”-nya.

Mudah2an niat baik kami untuk menuntut ilmu dapat menghapus segala perilaku kami yang kurang terpuji, sehingga kuliah hari ini berjalan lancar dan penuh berkah… Amin.

You may also like...